BANYUWANGI –
Penanganan stunting di Banyuwangi dilakukan secara sinergis termasuk melibatkan
kader posyandu yang memantau perkembangan tumbuh kembang bayi dan ibu hamil.
Sebagai apresiasi kepada tugas mereka, Pemkab Banyuwangi memberikan premi
jaminan sosial BPJS Ketenagakerjaan kepada 11.498 kader posyandu
se-Banyuwangi.
“Ini apresiasi kepada para kader yang terus dan akan mendampingi para balita dan ibu hamil. Saya harap, para kader posyandu akan lebih terpacu bersama kami melakukan penanganan agar Banyuwangi bisa segera zero stunting,” kata Bupati Banyuwangi Ipuk Fiestiandani usai menyerahkan secara simbolis premi tersebut ke sejumlah kader dalam acara “Rapat Koordinasi Penurunan Stunting”, Rabu (18/1/2023).
Baca Juga :
Sebanyak 11.498 kader
posyandu dari 2.310 posyandu di Banyuwangi dilibatkan Pemkab Banyuwangi untuk
memantau tumbuh kembang bayi dan kondisi ibu hamil yang ada di wilayahnya.
Mereka diberikan kewajiban melakukan pemantauan secara intensif khususnya
kepada bayi stunting dan ibu hamil yang memiliki resiko tinggi.
“Tidak hanya kader
posyandu, kami juga dibantu kader dasawisma dalam melakukan pemantauan. Bahkan
kader dasa wisma juga telah terbiasa aktif melakukan pendataan kondisi sosial,
ekonomi, dan kesehatan rumah tangga yang ada di wilayahnya. Mereka yang akan
bertanggungjawab melakukan pendataan secara real time lewat aplikasi Banyuwangi
Tanggap Stuntng,” kata Ipuk.
“Kita harus bersama,
bergandengan tangan tangani stunting, baik secara preventif maupun penanganan
langsung. Terima kasih kepada kader yang terus kerja membangun Banywuangi di
sektor kesehatan,” imbuhnya.
Pemkab Banyuwangi juga
telah mengalokasikan anggaran Rp 7 miliar untuk percepatan penurunan stunting
tahun 2023. Anggaran tersebut dialokasikan ke 25 Kecamatan secara proporsional
untuk intervensi nutrisi ke ibu hamil risiko tinggi (bumil risti) dan bayi di
bawah dua tahun atau baduta.
Dalam pelaksanaannya,
di setiap kecamatan telah dibentuk Tim Percepatan Penurunan Stunting (TPPS)
yang diketuai Camat bersama Kepala Puskesmas, dengan anggota tenaga kesehatan,
dan elemen kader. Kecamatan bekerjasama dengan warung atau penjual sayur
keliling (mlijoan) untuk menyalurkan makanan bernutrisi, seperti telor, ikan, ayam,
daging kepada bayi dan dan bumil risti.
“Kader posyandu khusus
kita libatkan untuk monev intervensi pemberian makanan tambahan (PMT). Mereka
akan mendampingi dan memastikan PMT yang kita berikan dikonsumsi oleh bumil
risti dan baduta yang rentan mengalami stunting,” kata Ipuk.
Dalam kesempatan itu,
Ipuk juga meminta para camat untuk mengkoordinasikan seluruh stakeholder di
wilayahnya untuk percepatan penanganan stunting. “Selain kader, warung, maupun
penjual sayur keliling, libatkan juga duta sekolah untuk mencegah terjadinya
pernikahan dini. Ingat, stunting juga bisa disebabkan oleh faktor ini,” kata
Ipuk.
Plt Kepala Dinas
Kesehatan Amir Hidayat menyebutkan berdasar data dari Dinas Kesehatan
Banyuwangi angka stunting pada tahun 2022 sebanyak 2.704 jiwa. Jumlah tersebut
jauh menurun dari tahun sebelumnya yakni sebanyak 4.371 jiwa. Terjadi penurunan
secara signifikan hampir kurang lebih 50 persen.
“Dari jumlah 2704 jiwa
tersebut terdapat jumlah sasaran prioritas yakni 1296 jiwa, terdiri dari 792
bayi stunting di bawah 2 tahun dari keluarga miskin (0-2) stunting. Selain itu
terdapat sekitar 504 bumil risti dari keluarga miskin. Setiap hari mereka mendapat
alokasi Rp 15 ribu atau Rp 450 ribu sebulan selama setahun untuk menambah
asupan nutrisi mereka,” jelas Amir. (*)