Burung Hantu di Langit Banyuwangi: Predator Alami, Harapan Baru Petani

$rows[judul]

PesanTrend.co.id - Saat senja mulai turun di Desa Alasmalang, Kecamatan Singojuruh, suara gemerisik sawah mulai diiringi lengkingan burung malam. Dari kejauhan, sesosok burung putih meluncur senyap di atas petak-petak padi yang menguning. Ia bukan burung biasa. 

Ia adalah Tyto alba, burung hantu yang kini menjadi pahlawan tak bersayap bagi para petani Banyuwangi.

Agus Sakiru, seorang petani berusia 48 tahun, memandang langit dengan mata yang penuh harap. Di masa lalu, ia pernah menyerah pada serangan tikus yang tak kunjung reda. 

Baca Juga :

Tiga kali gagal panen membuatnya hampir menutup lembaran sebagai petani.

"Dulu kami sempat berpikir tidak akan bisa bertani lagi. Tikus menyerang siang malam. Ladang seperti tak berpenghuni," kenangnya dengan suara lirih.

Namun semua berubah ketika burung hantu datang. Bukan karena kebetulan, tetapi karena program yang diinisiasi Dinas Pertanian dan Pangan Banyuwangi. Pemerintah kabupaten mulai menyebar ratusan burung hantu ke area pertanian, sebagai bagian dari gerakan pengendalian hama tikus secara alami.

Tak hanya itu, mereka juga membangun ratusan rumah burung hantu atau rubuha kotak kayu sederhana yang digantung di pohon atau tiang di tengah sawah. Di situlah burung-burung malam itu tinggal, berkembang biak, dan berburu tikus yang merusak ladang.

Plt. Kepala Dinas Pertanian dan Pangan Banyuwangi, Ilham Juanda, menyebut langkah ini sebagai pendekatan ekologi yang ramah lingkungan dan hemat biaya.

“Kami tidak ingin lagi mengandalkan racun. Burung hantu bisa makan 2 hingga 4 tikus setiap malam. Bahkan ada yang bisa membunuh lebih dari 10. Sepasang burung ini cukup untuk menjaga 25 hektare lahan padi,” jelasnya.

Sampai akhir Mei 2025, sebanyak 421 ekor burung hantu telah dilepas, dan 557 unit rubuha berdiri di berbagai kecamatan sentra padi. Hasilnya mulai terlihat. Di desa-desa seperti Alasmalang, para petani kembali menebar benih tanpa rasa waswas.

Agus kini ikut membudidayakan burung hantu bersama kelompok taninya. Mereka merawatnya dengan sabar, memberi makan, dan menjaga sarangnya.

“Burung hantu bukan hanya pembasmi tikus, tapi juga penjaga ladang kami. Kami merasa mereka bagian dari keluarga,” katanya sambil tersenyum.

Langit malam Banyuwangi kini tidak lagi sunyi. Di balik bayang-bayang bulan, terbanglah harapan dalam bentuk makhluk bersayap. Tak bersuara, tak banyak bicara. Tapi kehadirannya membawa kehidupan kembali ke sawah-sawah yang dulu nyaris ditinggalkan.

Dan bagi para petani, mungkin inilah keajaiban paling sederhana yang pernah mereka saksikan seekor burung, dan panen yang kembali pulih. (amn)