Banyuwangi Perluas Program Sampah Sirkular: Dari Gang Kecil hingga Diplomasi Global

$rows[judul]

PesanTrend.co.id – Di balik kesibukan warga memilah sampah rumah tangga di Desa Tembokrejo, Kecamatan Muncar, ada mimpi besar yang perlahan menjelma nyata, menjadikan Banyuwangi sebagai pelopor pengelolaan sampah sirkular berbasis masyarakat.

Kini, mimpi itu tak lagi terbatas di Muncar dan Songgon. Pemerintah Kabupaten Banyuwangi memperluas cakupan program ini ke seluruh wilayah kabupaten.

Pada Kamis (22/5/2025), Bupati Banyuwangi Ipuk Fiestiandani meresmikan perluasan program Banyuwangi Hijau yang kini memasuki fase kedua dan ketiga. Bersama mitra internasional dari Austria dan Uni Emirat Arab, peluncuran dilakukan secara simbolis di Pendopo Banyuwangi, dihadiri oleh pejabat pusat dan tokoh-tokoh pendukung lingkungan.

Baca Juga :

“Penanganan sampah ramah lingkungan dengan membangun fasilitas pengolahannya ini adalah bagian dari komitmen jangka panjang kami. Terima kasih kepada semua mitra yang telah berjalan bersama,” ujar Bupati Ipuk.

Hari itu juga menandai dimulainya pembangunan Tempat Pengelolaan Sampah Reduce-Reuse-Recycle (TPS 3R) di Desa Karetan, Kecamatan Purwoharjo. TPS ini ditargetkan menjangkau 37 desa di delapan kecamatan, dengan kapasitas pengolahan mencapai 160 ton sampah per hari.

Kisah Banyuwangi dalam pengelolaan sampah modern dimulai pada 2018. Kala itu, Banyuwangi berkolaborasi dengan Project Stop dan mendirikan dua TPS 3R di Kecamatan Muncar. Hasilnya signifikan: lebih dari 116.000 ton sampah berhasil dikelola, 100 tenaga kerja lokal direkrut, dan 90.000 jiwa menerima manfaat langsung. Kesuksesan ini bahkan membawa Banyuwangi meraih Plakat Adipura.

Empat tahun berselang, keberhasilan itu diperluas ke Desa Balak, Kecamatan Songgon, melalui Banyuwangi Hijau Fase 1. TPS 3R yang dibangun di sana kini melayani enam kecamatan, menjangkau sekitar 60.000 jiwa dari 15.000 rumah.

“Sekarang kami bersiap membangun dua Stasiun Peralihan Antara (SPA) tambahan, masing-masing berkapasitas 50 ton per hari. Dengan begitu, total kapasitas pengelolaan akan mencapai 260 ton per hari,” jelas Ipuk.

Tak hanya memikat perhatian nasional, transformasi ini juga menarik mitra internasional. Deborah Baccus dari Clean Rivers (UEA) menyatakan kekagumannya terhadap model pengelolaan yang dilakukan Banyuwangi.

“Kami melihat langsung bagaimana sistem ini bekerja. Tidak hanya berdampak pada lingkungan, tapi juga ekonomi dan sosial. Ini adalah model yang layak dicontoh,” kata Deborah.

Sementara itu, Anthony Berthold dari Borealis Austria mengaku bangga bisa kembali mendukung Banyuwangi. “Kami menyaksikan sendiri bagaimana kepemimpinan daerah ini menjadikan visi lingkungan sebagai prioritas nyata,” ujarnya.

Kini, dengan perluasan program hingga ke pelosok, Banyuwangi bukan hanya sedang mengelola sampah. Kabupaten di ujung timur Pulau Jawa ini tengah membangun masa depan lebih bersih, lebih hijau, dan lebih berdaya.