Dukungan Global untuk Banyuwangi Hijau: Terobosan Pengelolaan Sampah atau Tantangan Baru?

$rows[judul]

PesanTrend.co.id - Terobosan positif dan dukungan Internasional kembali memberikan peran kepada Banyuwangi.  Daerah di ujung timur Pulau Jawa ini menunjukkan komitmennya dalam pengelolaan sampah berkelanjutan melalui program Banyuwangi Hijau.

Tiga fasilitas pengolahan sampah dengan kapasitas total 260 ton per hari akan segera dibangun, didukung oleh pemerintah Austria dan Uni Emirat Arab. Hal ini ditegaskan dalam penandatanganan perjanjian pendanaan pada World Governments Summit 2025 di Dubai, yang disaksikan langsung oleh Menko Perekonomian Airlangga Hartarto.

Bupati Banyuwangi Ipuk Fiestiandani menyatakan, proyek ini akan memperkuat sistem pengelolaan sampah berbasis 3R (reduce, reuse, recycle), termasuk pembangunan TPS 3R di Kecamatan Purwoharjo dan dua terminal sampah Stasiun Peralihan Antara (SPA).

Baca Juga :

“Semua pembangunan akan dilakukan langsung oleh tim dari Austria dan UEA akhir Mei ini,” kata Ipuk.

Sementara itu, Kepala Dinas Lingkungan Hidup Banyuwangi, Dwi Handayani, menambahkan bahwa langkah ini melanjutkan keberhasilan sebelumnya, seperti Project Stop sejak 2018 yang kini telah menjangkau puluhan desa. Proyek fase 2 dan 3 yang akan dilaunching pada 22 Mei diharapkan mampu meningkatkan jangkauan hingga ke desa-desa yang sebelumnya belum terlayani.

Meski menuai apresiasi, tidak sedikit pihak yang mempertanyakan kesiapan Banyuwangi dalam mengelola proyek besar ini secara mandiri. Keterlibatan penuh pihak asing seperti Austria dan UEA dalam pendanaan hingga pembangunan langsung menimbulkan kekhawatiran terkait keberlanjutan dan kemandirian program.

Beberapa pengamat lingkungan menilai bahwa inisiatif pengelolaan sampah yang digerakkan oleh luar negeri patut diwaspadai agar tidak menimbulkan ketergantungan.

“Penting untuk memastikan transfer pengetahuan dan kapasitas kepada tenaga lokal agar program ini tidak berhenti ketika dukungan luar berakhir,” ujar salah satu aktivis lingkungan Banyuwangi yang enggan disebutkan namanya.

Selain itu, dengan kapasitas pengelolaan 260 ton per hari, tantangan teknis seperti distribusi, edukasi masyarakat, dan integrasi dengan sistem pengangkutan eksisting juga perlu diantisipasi. Apakah Banyuwangi siap menjawab tantangan ini, masih menjadi pertanyaan bagi sebagian kalangan. (amn)